jenis jenis kata menurut gorys keraf
Intisari, Feb.1996 dalam Keraf, 1980:74). Sukar sekali untuk mencari sebuah kalimat topik dalam paragraf di atas, karena seluruh paragraf bersifat deskriptif atau naratif. Tidak ada kalimat yang lebih penting dari yang lain. Semuanya sama penting, dan bersama-sama membentuk kesatuan dari paragraf tersebut.
MenurutGorys Keraf Menurut Gorys Keraf, terdapat beberapa ciri ciri narasi yang dikemukakan, antara lain: Menampakkan bagian kelakuan ataupun sikap Disusun dalam rentetan waktu Berupaya menanggapi pertanyaan “apa yang
GorysKeraf menjelaskan bahwa ada beberapa syarat untuk ketepatan diksi, antara lain: Penggunaan konotasi dan denotasi secara cermat; Gunakan kata sinonim atau arti yang hampir sama dengan tepat; Bedakan kata-kata yang ejaannya mirip. Penggunaan kata kerja dalam preposisi harus idiomatik.
jenisdan adalah id, bab i fungsi bahasa gunadarma, jenis jenis teks eksposisi menurut gorys keraf bahasa, linguistik bandingan tipologis gorys keraf opac, pengertian narasi adalah arti ciri ciri struktur unsur, daftar pustaka keraf gorys 2010 argumentasi dan, macam macam majas menurut gorys keraf paket
GorysKeraf (1980:63-66) memberikan penjelasan tentang jenis paragraf berdasarkan sifat dan tujuannya sebagai berikut. a. Paragraf Pembuka. Tiap jenis karangan akan mempunyai paragraf yang membuka atau menghantar karangan itu, atau menghantar pokok pikiran dalam bagian karangan itu. b.
Verheiratete Frau Flirtet Mit Verheiratetem Mann. “Kata” dalam bahasa Indonesia dan Melayu Ngapak diambil dari Katha. Dalam bahasa Sansekerta, Katha sebenarnya berarti “pembicaraan”, “bahasa“, “cerita” atau “dongeng”. Dalam bahasa Melayu dan Indonesia penyempitan menjadi makna semantik “kata”. Pengertian Kata Kata atau ayat adalah unit bahasa yang mengandung arti dan terdiri dari satu atau lebih morfem. Umumnya terdiri dari akar kata tanpa atau dengan beberapa afiks. Kata dikombinasikan untuk membentuk frase, klausa, atau kalimat. Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI 1997 memberikan beberapa definisi dari kata Elemen terkecil dalam sebuah bahasa yang diucapkan atau tertulis dan realisasi kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam bahasa Percakapan, bahasa Morfem atau kombinasi morfem yang dapat diucapkan sebagai bentuk bebas Unit bahasa yang dapat berdiri sendiri dan terdiri dari morfem tunggal misalnya kata atau beberapa morfem gabungan misalnya kata KBBI definisi pertama bisa diartikan sebagai leksem yang bisa menjadi isi kamus atau entri. Kemudian definisi kedua mirip dengan katha satu pengertian yang sebenarnya dalam bahasa Sansekerta. Kemudian definisi ketiga dan keempat dapat diartikan sebagai kombinasi morfem atau morfem. Baca Juga Pengertian Kata Serapan Kata adalah satuan ujaran yang mempunyai pengenalan intuitif universal oleh penutur asli, baik dalam bahasa lisan maupun tulisan. Definisi kata yang umum sebagai satuan makna atau gagasan tidak membantu karena kesamaran konsep. Kata merupakan bentuk yang, ke dalam mempunyai susunan fonologi yang stabil dan tidak berubah, dan keluar mempunyai kemungkinan mobilitas dalam kalimat. Jenis-Jenis Kata Berdasarkan bentuk, dapat diklasifikasikan ke dalam empat kata kata dasar, kata turunan, kata ulang, dan kata majemuk. Kata dasar adalah kata yang menjadi dasar bagi pembentukan sebuah kata turunan atau kata-kata berimbuhan. Mengubah derivatif kata karena membubuhkan atau imbuhan baik di awal prefix atau awalan, tengah infiks atau sisipan, atau akhir akhiran atau sufiks kata-kata. Baca Juga Pengertian Katalis Katalisator Kata adalah dasar dari kata atau atas dasar pengalaman perulangan bentuk semua atau bagian dari senyawa sementara adalah kombinasi dari beberapa kata-kata dasar yang berbeda untuk membentuk makna baru. Dalam tata bahasa Indonesia standar, kelas kata dibagi menjadi tujuh kategori, yaitu Kata Benda Nomina Kata benda nomina adalah kata-kata yang merujuk pada pada bentuk suatu benda, bentuk benda itu sendiri dapat bersifat abstrak ataupun bahasa Indonesia kata benda nomina terdiri dari beberapa jenis, sedangkan dari proses pembentukannya kata benda terdiri dari 2 jenis, yaitu Kata Benda Nomina Dasar Kata benda dasar atau nomina dasar ialah kata-kata yang yang secara konkret menunjukkan identitas suatu benda, sehingga kata ini sudah tidak bisa lagi diuraikan ke bentuk lainnya. Contoh Buku yang tertinggal di kelas itu milik Slamet. Para pengerajin itu sedang mengukir meja. Kursi yang rusak itu merupakan barang inventaris kampus. Pria tua itu seorang teknisi radio yang handal. Menggambar bayangan gedung itu sebaiknya menggunakan pensil 2B. Kata Benda Nomina Turunan Nomina turunan atau kata benda turunan ialah jenis kata benda yang terbentuk karena proses afiksasi sebuah kata dengan kata atau afiks. Proses pembentukan ini terdiri dari beberapa bentuk, yaitu Verba + -an. contoh Makanan yang dimasak itu untuk korban badai. Pe- + Verba. contoh Kakek itu seorang pelukis terkenal hingga saat ini. Pe- + Adjektiva. contoh Sebaiknya kita jauhkan diri dari sifat pemarah. Per- + Nomina + -an. contoh Di jaman yang maju ini masih saja ada perbudakan di Tangerang. Kata Kerja Verba Kata kerja atau verba adalah jenis kata yang menyatakan suatu perbuatan. Kata kerja dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu Kata Kerja Transitif Kata kerja transitif merupakan kata kerja yang selalu diikuti oleh unsur subjek. contoh – Orang itu membeli makan di warteg seberang jalan. – Supri membunuh nyamuk itu dengan sadis. – Juru masak memotong bawang dengan sangat cepat. Kata Kerja Intransitif Kata kerja intransitif ialah kata kerja yang tidak memerlukan pelengkap. Seperti kata tidur untuk contoh kalimat berikut saya tidur, pada kalimat tersebut kata tidur yang berposisi sebagai predikat P tidak lagi diminta menerangkan untuk memperjelas kalimatnya, karena kalimat itu sudah jelas. Di dalam Bahasa Indonesia ada 2 dasar dalam pembentukan verba, yaitu dasar yang tanpa afiks tetapi telah mandiri karena telah memiliki makna, dan bentuk dasar yang berafiks atau turunan. dari bentuk verba ini dapat dibedakan menjadi Verba Dasar Bebas ialah verba yang berupa morfem dasar bebas, misalnya duduk, makan, mandi, minum, dll. Contoh kalimat – Andi duduk di teras rumah sambil menikmati secangkir kopi. – Saya makan siang di warteg depan gang itu. – Sebaiknya kita mandi minimal 2 kali sehari. – Sebaiknya kita tidak minum sambil berdiri. Verba Turunan ialah verba yang telah mengalami afiksasi, reduplikasi, gabungan proses atau berupa paduan leksem. Beberapa bentuk verba turunan Verba berafiks berbuat, terpikirkan, dll. Contoh kalimat – Dia tidak mampu berbuat apa-apa karena posisinya yang terjepit. – Ayah saya selalu memikirkan sesuatu yang tak terpikirkan oleh orang lain. Verba bereduplikasi makan-makan, ingat-ingat, dll. Contoh kalimat – Kemarin saya dan teman sekelas makan-makan di restoran yang terkenal di kota kami. – Untuk melupakan masa lalu dengan orang itu jangan ingat- ingat kembali kenangan bersamanya. Verba berproses gabungan bernyanyi-nyanyi, tersenyum-senyum, dll. Contoh kalimat – Malam itu kami bernyanyi-nyanyi dengan riang di depan sebuah vila. – Kami tersenyum-senyum setelah saling bertatap muka. Verba majemuk cuci mata, cuci tangan, dll. Contoh kalimat – Kemarin sore kami berdua jalan-jalan ke desa untuk cuci mata. – Orang itu cuci tangan setelah melakukan kejahatan. Baca Juga Kata Baku Dan Tidak Baku – Pengertian, Ciri, Contoh, Kalimatnya, Artinya Kata Sifat Adjektifa Kata sifat ialah kelompok kata yang mampu menjelaskan atau mengubah kata benda atau kata ganti menjadi lebih spesifik. Karena kata sifat mampu menerangkan kuantitas dan kualitas dari kelompok kelas kata benda atau kata ganti. Ciri-ciri Kata Sifat Kata sifat terbentuk karena adanya penambahan imbuhan ter- yang mengandung makna paling. Contoh – Andi merupakan orang terpandai di kelas. – Bang Pudin orang terkuat yang ada di kampung ini. – Bunga itu adalah bunga terindah yang pernah saya lihat. Kata sifat dapat diterangkan atau didahului dengan kata lebih, agak, paling, sangat & cukup. Contoh – Anak yang tinggi itu lebih sopan dibandingkan anak yang disebelahnya. – Orang yang jarang olah raga agak lemah dibandingkan yang sering berolah raga. – Rani adalah gadis paling ramah di kampung ini. – Juned salah satu orang yang sangat menyenangkan yang pernah saya kenal. – Pak Andi merupakan pribadi yang cukup baik. Kata sifat juga dapat diperluas dengan proses pembentukan seperti ini se- + redupliasi pengulangan kata + -nya, contoh sehebat-hebatnya, setinggi-tingginya, dll. Contoh – Sehebat-hebatnya petinju, pasti akan kalah juga. – Setinggi-tingginya ilmu yang didapat jika tidak diamalkan maka akan sia- sia. Beberapa Proses Pembentukan Kata Sifat Kata sifat yang terbentuk dari kata dasar, misalnya kuat, lemah, rajin, malas, dll. Kata sifat yang terbentuk dari kata jadian, misalnya terjelek, terindah, terbodoh, dll. Kata sifat yang terbentuk dari kata ulang, misalnya gelap-gulita, pontang-panting, dll Kata sifat yang terbentuk dari kata serapan, misalnya legal, kreatif, dll. Kata sifat yang terbentuk dari kata atau kelompok kata, misalnya lapang dada, keras kepala,baik hati, dll. Kata Ganti Pronomina Kelompok kata ini dipakai untuk menggantikan benda atau sesuatu yang dibendakan. Kelompok kata ini dapat dibedakan menjadi 6 bentuk, yaitu Kata Ganti Orang ialah jenis kata yang menggantikan nomina. Kata ganti orang dapat dibedakan lagi menjadi beberapa bentuk, yaitu Kata ganti orang pertama tunggal, misal aku, saya. Kata ganti orang pertama jamak, misal kami, kita. Kata ganti orang kedua tunggal, misal kamu. Kata ganti orang kedua jamak, misal kamu, kalian, Anda, kau/engkau. Kata ganti orang ketiga tunggal, misal dia, ia. Kata ganti orang ketiga jamak, misal mereka, beliau. Contoh kalimat – Aku seorang pelaut. – Kami semua bersaudara. – Kamu sangat cantik sekali. – Kalian sangat luar biasa sekali. – Dia salah satu mahluk cantik di dunia ini. – Mereka semua bersahabat dari kanak-kanak. Kata Ganti Kepemilikan ialah kata ganti yang dipakai untuk menyatakan kepemilikan, misal “buku kamu/bukumu”, “buku aku/bukuku”, “buku dia/bukunya”,dsb. Contoh Buku yang tertinggal di kelas kemarin adalah bukunya. Kata Ganti Penunjuk ialah kata ganti yang dipakai untuk menunjuk suatu tempat atau benda yang letaknya dekat ataupun jauh, misal “di sini”, “di sana”, “ini”, “itu”, dsb. Contoh Letakkan meja itu di sana. Kata Ganti Penghubung ialah kata ganti yang digunakan untuk menghubungkan anak kalimat dan induk kalimat kata yang dipakai yaitu “yang”, “tempat”,”waktu”. Contoh Kami sedang menyaksikan pertandingan sepak bola yang disiarkan langsung dari Myanmar. Kata Ganti Tanya ialah kata ganti yang dipakai untuk meminta informasi mengenai sesuatu hal, kata Tanya yang dimaksud ialah “apa”, “siapa”, “mana”. Contoh Siapa yang menjadi pemain terbaik di Liga Indonesia tahun lalu? Kata Ganti Tak Tentu ialah kata ganti yang digunakan untuk menunjukkan atau menggantikan suatu benda atau orang yang jumlahnya tak menentu banyak, misal masing-masing, sesuatu, para, dsb. Contoh Para siswa diminta untuk membawa buku catatan saat seminar nanti. Baca Juga Bentuk Kata – Pengertian, Kelas, Makna, Relasi, Contohnya Kata Keterangan Adverbia Kata keterangan adalah jenis kata yang memberikan keterangan pada kata kerja, kata sifat, dan kata bilangan bahkan mampu memberikan keterangan pada seluruh kalimat. Kata keterangan dapat dibagi lagi menjadi beberapa bagian, yaitu Kata Keterangan Tempat ialah jenis kata yang memberikan informasi mengenai suatu lokasi, misal di sini, di situ, dll. Contoh Silakan letakkan payungnya di sana. Kata Keterangan Waktu ialah jenis keterangan yng menginformasikan berlangsungnya sesuatu dalam waktu tertentu, misal sekarang, nanti, lusa, dll Contoh Saya masih sangat mencintaimu sampai sekarang. Kata Keterangan Alat ialah jenis kata yang menjelaskan dengan cara apa sesuatu itu dilakukan ataupun berlangsung, misal “dengan tongkat”, “dengan motor”, dll. Contoh Ayah mengambil mangga itu dengan bambu. Kata Keterangan Syarat ialah kata keterangan yang dapat menerangkan terjadinya suatu proses dengan adanya syarat-syarat tertentu, misal jikalau, seandainya, dll. Contoh Kamu sekarang pasti masih mencintaiku seandainya orang itu tidak hadir ke kehidupan kita. Kata Keterangan Sebab ialah jenis kata yang memberikan keterangan mengapa sesuatu itu dapat terjadi, misal; sebab, karena, dsb. Contoh Kecelakaan itu terjadi karena tidak tertibnya para pengguna jalan. Kata Bilangan Numeralia Kata bilangan ialah jenis kelompok kata yang menyatakan jumlah, kumpulan, urutan sesuatu yang dibendakan. Kata bilangan juga dibedakan menjadi beberapa bagian, yaitu Kata bilangan tentu, contoh satu, dua, tiga, dst. Contoh Empat kilometer adalah jarak antara rumahku dengan rumahnya. Kata bilangan tak tentu, contoh semua, beberapa, seluruh, dll. Contoh Semua kontestan wajib datang 30 menit sebelum acara dimulai. Kata bilangan pisahan, contoh setiap, masing-masing, tiap-tiap. Contoh Setiap regu diharuskan menyiapkan satu yel untuk penyemangat. Kata bilangan himpunan, contoh berpuluh-puluh, berjuta-juta. Contoh Berpuluh-puluh kilometer jarak yang aku tempuh hanya untuk menemuimu. Kata bilangan pecahan, contoh separuh, setengah, sebagian, dll. Contoh Separuh dari pendapatan hari ini akan kita sumbangkan. Kata bilangan ordinal/giliran, contoh pertama, kedua, ketiga, dst. Contoh Anisa menjadi orang yang pertama merasakan wahana di tempat wisata itu. Kata Tugas Kata tugas ialah kata yang memiliki arti gramatikal dan tidak memiliki arti leksikal. Kata tugas juga memiliki fungsi sebagai perubah kalimat yang minim hingga menjadi kalimat transformasi. Dari segi bentuk umumnya, kata-kata tugas sukar mengalami perubahan bentuk. Kata-kata seperti dengan, telah, dan, tetapi dan sebagainya tidak bisa mengalami perubahan. Tapi, ada sebagian yang bisa mengalami perubahan golongan kata ini jumlahnya sangat terbatas, misalnya tidak, sudah kedua kata itu dapat mengalami perubahan menjadi menidakkan & menyudahkan. Ciri-ciri Kata Tugas Ciri dari kata tugas ialah bahwa hampir semuanya tidak dapat menjadi dasar untuk membentuk kata lain. Jika verba datang dapat diturunkan menjadi mendatangi, mendatangkan & kedatangan. Bentuk-bentuk seperti menyebabkan dan menyampaikan tidak diturunkan dari kata tugas sebab & sampai tetapi dari nomina sebab dan verba sampai yang membentuknya sama tapi kategorinya berbeda. Jenis-jenis Kata Tugas Preposisi Preposisi kata depan ialah jenis kata yang terdapat di depan nomina kata benda, misalnya dari, ke & di. Ketiga kata depan ini dipakai untuk merangkaikan kata-kata yang menyatakan tempat atau sesuatu yang dianggap tempat. Contoh Di Jakarta, di rumah, ke pasar, dari kantor. Contoh lain – Sudah 4 hari Anto pergi ke hutan untuk berburu. – Di Surabaya kami menghabiskan waktu selama 2 hari untuk berlibur. – Stadion Benteng Tangerang berjarak 20 km dari rumah. – Saya mengantar Jono ke stasiun untuk membeli tiket kereta api. – Intan menemani Indah untuk pergi ke salon. Konjungsi Konjungsi kata sambung ialah jenis kata yang dapat menggabungkan 2 satuan bahasa yang sederajat, misalnya dan, atau & serta. Jenis kata tugas yang mampu menghubungkan kata dengan kata, frasa dengan frasa, atau klausa dengan klausa. Konjungsi kata sambung dapat dibagi menjadi 4, yaitu Konjungsi Koordinatif yaitu konjungsi yang menghubungkan 2 unsur atau lebih yang sama pentingnya, atau memiliki status yang sama contoh dan, atau & serta. Contoh – Saya mendapat juara pertama dan ibu sangat bahagia. – Dilarang membawa petasan atau senjata tajam untuk masuk ke stadion. – Rahmah suka menanam bunga serta merawatnya dengan baik. Konjungsi korelatif yaitu konjungsi yang menghubungkan 2 kata, frasa atau klausa yang memiliki status sintaksis yang sama. Konjungsi korelatif terdiri atas dua bagian yang dipisahkan oleh satu frasa, kata atau klausa yang dihubungkan oleh baik …. maupun, tidak …. tetapi. Contoh kalimat – Baik saya maupun dia sama-sama suka padamu. – Anak-anak itu tidak merepotkan tetapi rajin membantu tetangga. Konjungsi Antarkalimat yaitu konjungsi yang menghubungkan satu kalimat dengan kalimat yang lainnya. Konjungsi jenis ini selalu membuat kalimat baru, tentu saja dengan huruf kapital di awal kalimat. Contoh Biarpun begitu, akan tetapi …. Contoh kalimat – Saya tidak suka ucapannya. Biarpun begitu, saya harus tetap santun kepadanya. – Sosial media salah satu wadah kita berhubungan dengan teman lama. Akan tetapi, banyak dari kita yang menyalahgunakannya. Konjungsi Subordinatif yaitu konjungsi yang menghubungkan 2 klausa atau lebih dan klausa itu merupakan anak kalimat. Konjungsi ini terbagi lagi menjadi 12 kelompok, yaitu Konjungsi subordinatif waktu sejak, semenjak, sedari, sewaktu. Contoh kalimat Ayahku seorang petinju, sejak diriku masih kecil. Konjungsi subordinatif syarat jika, jikalau, bila, kalau. Contoh kalimat Kita akan mendapat pahala, jika kita berbuat kebaikan. Konjungsi subordinatif pengandaian seandainya, seumpama. Contoh kalimat Aku akan sangat bahagia, seandainya dirimu menjadi milikku. Konjungsi subordinatif konsesif biarpun, sekalipun. Contoh kalimat Saya akan terus menyayangimu, sekalipun jarak memisahkan kita. Konjungsi subordinatif pembandingan seakan-akan, seperti. Contoh kalimat Iwan sangat gelisah semenjak kehilangan tas, seperti orang kebakaran jenggot. Konjungsi subordinatif sebab sebab, karena, oleh sebab. Contoh kalimat Hubungan Iwan dan Indah harus berpisah sebab tidak diijinkan oleh orang tuanya. Konjungsi subordinatif hasil sehingga, sampai. Contoh kalimat Adik saya sangat rajin belajar sehingga mendapatkan hasil yang memuaskan. Konjungsi subordinatif alat dengan, tanpa. Contoh kalimat Bapak itu memukul anaknya dengan tangannya sendiri. Konjungsi subordinatif cara dengan, tanpa. Contoh kalimat Sebelum menikmati makanan itu kita harus memasaknya terlebih dahulu dengan direbus hingga matang. Konjungsi subordinatif komplementasi bahwa. Contoh kalimat Aku harus jujur bahwa sesungguhnya aku sangat mencintaimu. Konjungsi subordinatif atribut yang Contoh kalimat Siapa yang bersalah maka dia yang akan dihukum. Konjungsi subordinatif perbandingan sama … dengan, lebih … dari. Contoh kalimat Lebih baik yang merah dari pada yang hitam. Artikula Artikula kata sandang ialah jenis kata yang mendampingi kata benda atau yang membatasi makna jumlah orang atau benda. Kata sandang tidak mengandung suatu arti tapi memiliki fungsi. Fungsi kata sandang sendiri ialah untuk menentukan kata benda, mensubstansikan suatu kata yang besar, yang jangkung, dan lain-lain. Kata-kata sandang umum yang terdapat dalam Bahasa Indonesia ialah yang, itu, -nya, si, sang, hang, dang. Kata-kata sandang seperti sang, hang, dang banyak ditemui dalam kesusastraan lama, sekarang sudah tidak terpakai lagi terkecuali kata sandang sang. Kata sandang sang terkadang masih dipergunakan untuk mengagungkan atau untuk menyatakan ejekan maupun ironi. Dalam Bahasa Indonesia terdapat beberapa kelompok artikula, yaitu Artikula yang bersifat gelar ialah artikula yang bertalian dengan orang yang dianggap bermartabat. Berikut ini jenis artikula yang bersifat gelar sang, hang, dang, sri. Contoh – Sang sultan sangat marah mendengar berita itu. – Hang Tuah adalah seorang laksamana yang sangat pemberani. – Dang Karayan Partapan adalah seorang raja yang bergelar haji. – Sekarang rakyat Yogyakarta dipimpin oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X Artikula yang mengacu ke makna kelompok / makna korelatif ialah kata para. Karena artikula ini bermakna ketaktunggalan, maka nomina yang diiringinya tidak dinyatakan dalam bentuk kata ulang. Jadi, untuk menyatakan kelompok guru sebagai kesatuan bentuk yang dipakai ialah para guru bukan para guru-guru. Contoh kalimat Setelah pelaksanaan ujian, para guru sibuk mengoreksi jawaban siswa. Artikula yang menominalkan. Artikula si yang menominalkan dapat mengacu ke makna tunggal atau genetik, tergantung pada konteks kalimat. Contoh Si Kabayan merupakan salah satu judul cerita rakyat Jawa Barat. Interjeksi Interjeksi kata seru ialah kata yang mengungungkapkan perasaan. Macam-macam kata seru yang masih dipakai hingga sekarang ialah Kata seru asli, yaitu ah, wah, yah, hai, o, oh, nah, dll. Contoh – Wah, indah sekali pemandangannya! – O, seperti itu? – Hai, boleh kita berkenalan? Kata seru yang berasal dari kata-kata biasa, artinya kata seru yang berasal dari kata-kata benda atau kata-kata lain yang digunakan, contoh celaka, masa’, kasihan, dll. Contoh – Celaka, aku lupa mengunci pintu. – Kasihan, dia tidak tau hal itu. kata seru yang berasal dari beberapa ungkapan, baik yang berasal dari ungkapan Indonesia maupun yang berasal dari ungkapan asing, yaitu ya ampun, demi Allah, Insya Allah, dll. Contoh – Insya Allah, jika tidak ada halangan saya akan hadir. – Demi Allah, saya tidak melakukan hal buruk itu. – Ya ampun, kamu tidak percaya dengan saya? Partikel Penegas Partikel Penegas ialah kategori yang meliputi kata yang tidak tunduk pada perubahan bentuk dan hanya berfungsi menampilkan unsur yang diiringinya. Ada empat macam partikel penegas, yaitu -lah, -kah, -tah & pun. Contoh – Bacalah dengan baik dan benar! – Motor atau mobil kah yang dikendarainya? – Apatah dia orangnya? – Adikku pun tahu tentang hal itu. Penentuan Batas Kata Dalam linguistik setidaknya ada lima cara dalam menentukan batas-batas kata Saat istirahat Seorang pembicara diminta untuk mengulang kalimat yang diberikan perlahan-lahan, yang memungkinkan untuk beristirahat dan mengambil istirahat. Pembicara akan cenderung memasukkan jeda pada batas kata. Namun, metode ini tidak sempurna pembicara dapat dengan mudah memilah kata-kata yang terdiri dari banyak suku kata. Keutuhan Seorang pengguna diminta untuk mengucapkan kata-kata kasar dan kemudian diperintahkan untuk mengatakannya lagi dan menambahkan beberapa kata. Bentuk bebas minimal Konsep ini pertama kali diusulkan oleh Leonard Bloomfield. Kata-kata adalah leksem, jadi satuan terkecil yang bisa berdiri sendiri. Batas fonetik Beberapa bahasa memiliki aturan pelafazan khusus yang membuatnya lebih mudah untuk mempelajari yang membatasi kata yang benar. Misalnya, dalam bahasa teratur menjatuhkan tekanan pada suku kata terakhir, maka batas kata mungkin terjadi setelah setiap menekankan suku kata. Contoh lain bisa didengar dalam bahasa yang memiliki harmoni vokal seperti Turki vokal dalam beberapa kata-kata memiliki “kualitas” yang sama, oleh karena itu batas kata mungkin terjadi setiap kali perubahan kualitas vokal. Namun, tidak semua bahasa memiliki aturan fonetik nyaman seperti, jika ya, dalam bahasa ini ada pengecualian. Semantik Unit Seperti di banyak bentuk bebas minimal yang disebutkan di atas, metode ini memilah kalimat ke dalam unit semantik terkecil. Namun, bahasa sering mengandung kata-kata yang memiliki nilai semantik kecil dan sering memainkan peran yang lebih tata bahasa, atau unit senyawa semantik. Dalam prakteknya, ahli bahasa menggunakan campuran semua metode ini untuk menentukan batas-batas kata dalam kalimat. Namun, penggunaan metode ini, definisi yang tepat dari kata tersebut sering masih sangat sulit dipahami. Mungkin Dibawah Ini yang Kamu Cari
1. Les phrases négatives, affirmatives et interrogatives a. Phrase comportant le verbe to be Une phrase affirmative se construit sur le modèle suivant sujet + verbe + complément. Ex. John is a boy. John est un garçon. Une phrase négative se construit sur le modèle suivant sujet + verbe + not + complément. Ex. Jane is not a boy. Jane n'est pas un garçon. Une phrase interrogative se construit sur le modèle suivant verbe + sujet + complément + ? Ex. Is he a boy? Est-il un garçon ? b. Phrase comportant le verbe to have La construction des phrases avec le verbe to have est la même qu'avec le verbe to be. Une phrase affirmative se construit sur le modèle suivant sujet + verbe + complément. Ex. They have a son. Ils ont un fils. Une phrase négative se construit sur le modèle suivant sujet + verbe + not + complément. Ex. They have not a daughter. Ils n'ont pas de fille. Une phrase interrogative se construit sur le modèle suivant verbe + sujet + complément + ? Ex. Have they children? Ont-ils des enfants ? c. Phrases au présent simple Une phrase affirmative contenant un verbe au présent simple se construit sur le modèle suivant sujet + verbe + complément. Ex. Mark plays tennis very well. Mark joue très bien au tennis. Une phrase négative comportant un autre verbe que to be et to have se construit sur le modèle suivant sujet + auxiliaire + not + verbe + complément. Ex. Mark does not play tennis very well. Mark ne joue pas très bien au tennis. They do not play tennis very well. Ils ne jouent pas très bien au tennis. De même, une phrase interrogative se construit avec un auxiliaire, sur le modèle suivant auxiliaire + sujet + verbe + complément + ? Ex. Does Mark play tennis? Mark joue-t-il au tennis ? Do they play tennis? Jouent-ils au tennis ? Remarques – Au présent simple, pour construire des phrases interrogatives ou négatives, on doit utiliser l'auxiliaire do pour toutes les personnes sauf à la troisième personne du singulier où l'on utilise does. Ex. "Do you speak English? – No, I don't speak English." Parles–tu anglais ? – Non, je ne parle pas anglais. » "Does Sheila drive her car? – No, she doesn't drive her car." Sheila conduit–elle sa voiture ? – Non, elle ne conduit pas sa voiture. » – Dans les phrases négatives, on utilise couramment la forme contractée. Ex. Jane isn't a boy. = Jane is not a boy. They haven't a daughter. = They have not a daughter. Mark doesn't play tennis very well. = Mark does not play tennis very well. d. Phrases au présent progressif Une phrase affirmative comportant un verbe conjugué au présent progressif se construit sur le modèle suivant sujet + auxiliaire be + verbe en –ing + complément. Ex. Paul is eating an apple. Paul mange une pomme. Une phrase négative se construit sur le modèle suivant sujet + auxiliaire be + not + verbe en –ing + complément. Ex. Mark is not eating an apple. Mark ne mange pas de pomme. Une phrase interrogative se construit sur le modèle suivant auxiliaire be+ sujet + verbe en –ing + complément + ? Ex. Is Mark eating an apple? Mark mange-t-il une pomme ? Remarque L'auxiliaire be est conjugué au présent de la façon suivante – I am – you are – she / he / it is – we are – you are – they are 2. Les phrases réduites les question tags Les question tags viennent toujours en fin de phrase. Elles permettent d'obtenir une confirmation par une question. Ex. Jane is French, isn't she? Jane est française, non ? These pupils are working hard, aren't they? Ces élèves travaillent dur, n'est-ce pas ? They are not intelligent, are they? Ils ne sont pas intelligents, si ? a. Phrase affirmative Lorsque la phrase de départ est à la forme affirmative, la question tag est à la forme négative. Ex. Your house is near Paris, isn't it? b. Phrase négative Lorsque la phrase de départ est à la forme négative, la question tag est à la forme affirmative. Ex. These cakes aren't very good, are they? c. Remarques Le sujet des question tags est toujours un pronom personnel she, they, etc.... Ex. Mark is not running very fast, is he? L'auxiliaire est toujours placé au début de la question tag. Ex. Kate's dog is black, isn't it? L'essentiel Voici quatre phrases qui résument les règles à appliquer dans les question tags. Phrases négativesHe is not playing, is he?Cindy is not your sister, is she? Phrases affirmativesPeter lives in New York, doesn't he?You are my friend, aren't you? Vous avez déjà mis une note à ce cours. Découvrez les autres cours offerts par Maxicours ! Découvrez Maxicours Comment as-tu trouvé ce cours ? Évalue ce cours !
KATA KERJA VERBA 1. Batasan Pengertian Kata kerja atau verba biasanya dibatasi sebagai kata-kata yang menyatakan perbuatan atau tindakan . Namun , batasan ini masih kabur karena tidak mencakup kata-kata seperti tidur dan meninggal yang dikenal sebagai kata kerja , tetapi tidak menyatakan perbuatan atau tindakan . Sebab itu , batasan mengenai kata kerja lalu disempurnakan dengan menambahkan kata-kata yang menyatakan “gerak, keadaaan atau terjadinya sesuatu” sehingga batasan itu menjadi kata kerja adalah kata-kata yang menyatakan perbuatan , tindakan , proses , gerak , keadaan , atau terjadinya sesuatu . 2. Ciri-ciri Kata Kerja Bahasa Indonesia Seperti halnya dengan kata benda , untuk menentukan apakah sebuah kata adalah kata kerja atau tidak , kita mengikuti dua prosedur yaitu prosedur pencalonan dengan kriteria bentuk dan prosedur penetapan dengan kriteria morfologis . a Bentuk Morfologis Secara potensial semua kata yang mengandung imbuhan me-,ber-,di-,-kan, dan –i atau penggabungannya dapat dicalonkan sebagai kata kerja . Di samping itu ada sejumlah kata kerja yang tidak mengandung bentuk-bentuk itu , tetapi secara tradisional dimasukkan dalam kelompok kata kerja , misalnya tidur, bangun, mandi, makan, pergi, datang, pulang, duduk, turut, naik, turun, ikut, lupa dan ingat . b Kelompok Kata Segala macam kata yang disebut di atas , baik yang memiliki imbuhan sebagai penanda kata kerja maupun yang tidak memiliki imbuhan mana pun , dari segi kelompok kata fraseologis , memunyai suatu kesamaan struktur , yaitu dapat diperluas dengan kelompok kata dengan + kata sifat , misalnya Ia berjalan dengan cepat. Gadis itu menyanyi dengan nyaring. Anak itu tidur dengan nyenyak. Segala macam kata yang dapat diperluas dengan kelompok kata dengan + kata sifat adalah kata kerja . 3. Infleksi Infleksi adalah perubahan bentuk kata tanpa mengubah identitas leksikal kata itu , dengan atau tanpa mengubah kelas katanya . Secara khusus perubahan bentuk sebuah kata kerja dengan tetap mempertahankan identitas kata kerja itu sama saja artinya dengan mengubah bentuk kata itu , tetapi makna kata seperti yang terkandung dalam kata itu tidak berubah , seperti menulis → ditulis → kutulis → kau tulis → kami tulis melihat → dilihat → kulihat → kau lihat→ kami lihat membaca → dibaca → kubaca→ kau baca → kami baca mencari → dicari → kucari → kau cari→ kami cari memukul → dipukul→ kupukul→ kau pukul → kami pukul Bentuk menulis , melihat , membaca , mencari , dan memukul beserta semua variasinya itu adalah infleksi karena identitas kata-kata tersebut sebagai kata kerja dengan pengertian yang ada pada tiap bentuk kata itu tidak berubah , kecuali bentuk terikat me- yang secara berurutan diganti dengan di-,ku-,kau-, dan kami yang mengubah pengertian pelakunya . 4. Derivasi atau Transposisi Derivasi atau transposisi adalah suatu proses perubahan kelas kata dengan atau tanpa pemindahan kelas kata . Dalam kaitan dengan kata kerja terdapat tiga macam proses derivasi , yaitu derivasi internal , derivasi deverbal , dan verbalisasi . a Derivasi Internal Derivasi internal adalah proses mengubah sebuah verba kata kerja menjadi kata kerja lain tanpa mengubah kelas katanya , namun identitas leksikalnya makna katanya berubah . Misalnya membuat menjadi membuatkan . b Derevasi deverbal Derevasi deverbal adalah proses perubahan kelas kata kerja menjadi kelas-kelas kata lain , entah kata benda , kata sifat , atau kata tugas . c Verbalisasi Verbalisasi adalah suatu proses perubahan kelas kata dari kelas-kelas nonverbal bukan kata kerja menjadi kata kerja . Kelas kata yang bisa diubah menjadi kata kerja adalah kata benda kata kerja denominal atau verba denominal dan kata sifat kata deadjektival atau verba deadjektival . 5. Pembagian Kata Kerja Dilihat dari bermacam-macam sudut , kata kerja dapat dibagi lagi atas kelompok-kelompok di bawah ini sesuai dengan hubungannya dengan fungsi-fungsi lain dalam kalimat atau berdasarkan struktur morfologisnya a Berdasarkan Relasinya dengan Objek Pertama-tama kata kerja dapat dibagi berdasarkan ada tidaknya objek yang melengkapi kata kerja itu . 1 Kata Kerja Intransitif Bila sebuah kata kerja tidak menghendaki pelengkap beruba objek , kata kerja disebut kata kerja intransitif , yang terbagi lagi atas a. Intransitif Biasa Kata kerja instransitif biasa adalah kata kerja intransitif yang tidak menghendaki keterangan atau pelengkap apapun . Misalnya , mandi , menangis , meninggal , berdiri , menari , beristri , tertawa , dan kehujanan . b. Intransitif Berpelengkap Verba Kata kerja intransitif berpelengkap verba adalah kata kerja intransitif yang dapat diikuti sebuah kata kerja sebagai pelengkapnya , terutama kata kerja yang menyatakan gerak pergi , datang , pulang , dan kembali . c. Intransitif Kopulatif Kata kerja intransitif kopulatif adalah adalah kata kerja intransitif yang bersama-sama kata benda atau kata sifat yang mengikutinya bertindak sebagai predikat . Misalnya menjadi dan merupakan . d. Intransitif Berpelengkap Nomina Kata kerja intransitif berpelengkap nomina adalah semacam kata kerja intransitif yang dapat diberi pelengkap kata benda , tetapi harus dirangkaikan dengan sebuah kata perangkai . Misalnya orang itu bercerita mengenai perisitiwa itu . e. Transitif Semu Kata kerja transitif semu adalah semacam kata kerja intransitif yang seolah-olah kata kerja transitif yang berobjek langsung , seperti tampak pada konstruksi berjualan beras , berdagang kopi , bertanam padi , berbuat baik , dan beternak sapi . 2 Kata Kerja Transitif Kata kerja transitif adalah kata kerja yang menghendaki sebuah kata yang berfungsi sebagai objek . Kata kerja transitif terbagi atas a. Monotransitif Kata kerja monotransitif menghendaki sebuah objek , misalnya membawa , membeli , mengairi , dan mendinginkan . b. Bitransitif Kata kerja bitransitif adalah kata kerja transitif yang menghendaki dua buah objek . Misalnya membelikan , menuliskan , menghadiakan dan lain-lain . c. Transitif Berobjek dan Berpelengkap Kata kerja transitif berobjek dan berpelengkap adalah kata kerja transitif yang menghendaki objek dan sebuah pelengkap atau keterangan , misalnya mengangkat dan mengira . d. Transitif Berobjek Klausa Kata kerja transitif berobjek klausa adalah kata kerja transitif yang menghendaki objek yang berbentuk sebuah klausa dengan konjungsi bahwa. Misalnya mengatakan dan mengumumkan . e. Transitif Berobjek Klausa tanpa Konjungsi Kata kerja transitif tipe ini mirip dengan kata kerja transitif berobjek klausa , tetapi tidak memerlukan konjungsi . Misalnya memaksa dan menganjurkan . 3 Kata Kerja Amfoterik Kata kerja ini merupakan kata kerja yang dapat menghendaki objek dan dapat pula tidak menghendaki kehadiran objek . Misalnya makan , minum , dan membaca . b Berdasarkan Kompleksitas Morfemnya Berdasarkan kriteria kompleksitas morfemnya kata kerja dibagi atas dua kelompok 1 Kata Kerja Monomorfemis Kata Kerja Monomorfemis adalah kata kerja yang tidak mengandung imbuhan karena selalu berbentuk morfem dasar . 2 Kata Kerja Polimorfemis Kata Kerja Polimorfemis adalah kata kerja yang terdiri atas dua morfem atau lebih , dapat berbentuk satu morfem dasar dengan satu atau lebih morfem terikat , atau dua morfem dasar dengan satu atau lebih morfem terikat . c Berdasarkan Fungsinya sebagai Predikat Berdasarkan fungsinya sebagai predikat , kata kerja dapat dibedakan atas 1 Kata Kerja Penuh Kata Kerja Penuh adalah kata kerja yang langsung berfungsi sebagai predikat tanpa bantuan kata-kata lain . Hampir semua kata kerja yang diuraikan di atas , kecuali kopula , adalah kata kerja penuh . 2 Kata Kerja Bantu Kata Kerja Bantu adalah semacam kata kerja yang menduduki fungsi khusus terhadap sebuah kata kerja utama . Ada tiga macam kata kerja bantu yang dapat dirangkaikan bersama-sama untuk membatasi kata kerja utama dalam suatu urutan tertentu , yakni keharusan , kemampuan , dan keinginan . KATA BENDA NOMINA 1. Pengertian nomina Nomina atau kata benda, secara filosofis dibatasi sebagai nama dari semua benda dan segala sesuatu yang dibendakan. Menurut wujudnya, kata benda dibagi atas a. Kata benda kongkret, yaitu nama dari benda-benda yang dapat ditangkap dengan pancaindera. Kata kongkret dapat dibagi menjadi nama diri, nama benda, nama zat, nama alat, dan nama jenis. b. Kata benda abstrak, adalah nama-nama benda yang tidak dapat ditangkap dengan pancaindera. Kata benda abstrak dapat dibagi menjadi nama sifat, nama keadaan, dan nama perbuatan. 2. Ciri-ciri nomina bahasa Indonesia a. Bentuk morfologis Dari sudut bentuk kata, semua kata yang mengandung morfem terikatimbuhan ke-/-an, per-/-an, pe-, -an, misalnya perumahan, perbuatan, kecantikan, pelari, dan jembatan. Namun, disamping itu harus diingat bahwa ada sejumlah besar kata yang tidak dapat ditentukan sebagai kata benda dari segi bentuk, seperti meja, kursi, rumah, pohon, dan kayu. b. Kelompok kata Kedua kelompok kata benda seperti disebutkan di atas, dapat mengandung suatu ciri struktural yang sama, yaitu dapat diperluas dengan yang+kata sifat, misalnya Pelari yang cepat Ayah yang baik Jadi, kata benda adalah semua kata yang dapat diterangkan atau diperluas dengan yang+kata sifat. 3. Derivasi atau transposisi Derivasi atau transposisi adalah suatu proses untuk mengubah identitas leksikal sebuah kata, baik dengan memindahkan kelas katanya maupun tidak memindahkan kelas katanya. Dengan demikian, derivasi atau transposisi, dalam kaitan dengan nomina adalah proses untuk mengubah sebuah kata benda, ke kelas kata lain atau mengubah sebuah kata dari kelas lain menjadi kata benda. a. Derivasi internal Derivasi internal adalah proses perubahan identitas sebuah kata benda tanpa pemindahan kelas katanya. Jadi, kata itu tetap berstatus kata benda, tetapi identitas leksikalnya berubah, contohnya pangkal → pangkalan, laut → lautan. b. Derivasi denominal Proses yang disebut derivasi denominal adalah sutu proses mengubah sebuah kata benda ke kelas kata yang lain, baik ke kata kerja verba denominal maupun ke kata sifat adjektiva denominal, atau ke kata tugas adverbial denominal. a Verba denominal Sebuah kata benda dapat mengalami perubahan kelas katanya menjadi kata kerja dengan menggunakan prefiks me-, ber-, atau sufiks –kan, -i, atau gabungan antara prefiks dan sufiks tersebut. b Adjektif denominal Beberapa derivasi denominal dapat menghasilkan adjektif, walaupun dalam jumlah terbatas. c Adverbial denominal Bila kata sifat yang diturunkan dari kata benda sangat terbatas, adverbial yang diturunkan dari kata benda lebih terbatas lagi jumlahnya. c. Nominalisasi Nominalisasi atau disebut juga substantivasi adalah suatu proses perubahan kelas kata, yaitu dari kelas kata lain menjadi kata benda. Berdasarkan kelas katanya, dapat dibedakan menjadi a Nomina deverbal adalah proses perubahan kelas kata dengan dasar verba menjadi nomina b Nomina deadjektival Dari sebuah adjektiva dapat dilakukan derivasi untuk memeroleh sebuah kata benda deadjektival. 4. Pembagian nomina Tatabahasa tradisional membagi-bagi kata benda atas kata benda kongkret dan kata benda abstrak. Dari sudut bentuk, nomina dapat dibagi atas nomina asli, atau nomina monomorfemis dan nomina turunan atau nomina polimorfemis. Di pihak lain, nomina dapat dibagi berdasarkan keanggotaannya, yaitu nomina atau kata benda, pronominal, dan artikula. 5. Pronomina Pronomina atau kata ganti adalah kata-kata yang dipakai untuk menggantikan nomina atau kata yang dibendakan dalam hubungan atau posisi tertentu. Kata ganti menurut sifat dan fungsinya dapat dibedakan atas a. Pronomina personalia atau kata ganti orang adalah kata-kata yang secara khusus menggantika orang atau manusia dalam posisi tertentu untuk menghindari pengulangan yang tak perlu.. a Macam-macam pronominal personalia b Kata acuan dan kata sapaan Karena latar belakang sosial-budaya, tabu, atau pantang bahasa, eufemisme, dan sebagainya, sering hubungan antara persona terasa canggung atau tidak pantas dinyatakan dengan kata ganti. Kata acuan biasa dipakai untuk orang I, II, dan kadang-kadang orang III. Sedangkan kata sapaan hanya untuk orang II. b. Pronominal possesiva atau kata ganti milik adalah kata yang berfungsi menggantikan orang dalam kedudukan sebagai pemilik. Karena itu dalam bahasa Indonesia sebenarnya tidak ada kata ganti milik. Ternyata apa yang lazim disebut sebagai kata ganti milik itu tidak lain dari kata ganti orang juga yang mengemban fungsi pemilik, seperti halnya nomina biasa. c. Pronominal demonstrative atau kata ganti penunjuk adalah kata yang menunjuk dimana terdapat suatu benda. d. Pronominal relative atau kata ganti penghubung adalah kata-kata yang menghubungkan anak kalimat dengan sebuah kata benda yang terdapat dalam induk kalimat. e. Pronominal interrogative ataua kata ganti penanya adalah kata-kata yang menanyakan tentang benda, orang atau sesuatu keadaan. f. Pronominal indeterminativa atau kata ganti tak tentu adalah kata-kata yang menggantikan atau menunjukkan benda atau orang dalam keadaan yang tidak tentu, tidak pasti, atau umum. 6. Artikula Artikula atau kata sandang dimasukkan sebagai subkelas kata benda karena ia merupakan bagian dari kata benda yang berfungsi sebagai penentu kata benda tersebut. Dengan demikian kata artikula atau kata sandang mangandung fungsi-fungsi sebagai berikut a. Menentukan kata benda b. Menominalisasikan suatu kata yang,besar, yang kaya, yang miskin, dan sebagainya. 7. Klasifikator Dalam tatabahasa Indonesia sering disebut sebuah istilah kata bantu bilangan., karena kata-kata dimaksud selalu digunakan untuk mendampingi kata bilangan yang menyatakan jumlah suatu barang. Kata-kata semacam ini sebenarnya adalah kata benda biasa. KATA SIFAT ADJEKTIVA 1. Batasan Pengertian Kata sifat adjektiva = yang ditambahkan, tambahan menurut tata bahasa tradisional dibatasi sebagai kata yang menyatakan sifat atau keadaan dari suatu nomen kata benda atau suatu pronomen, misalnya tinggi, rendah, lama, dan baru. Malah terdapat juga batasan lain sebagai beikut kata sifat adalah kata yang memodifikasi yaitu mengklualifikasi, menerangkan, atau membatasi sebuah nomina atau pronomina. Struktur adjektiva dalam bahasa-bahasa Barat berbeda dengan struktur adjektiva dalam bahasa Indonesia. Adjektiva dalam bahasa Barat selalu harus selaras dengan kata benda yang diterangkannya asas konkordansi dalam tiga hal, yaitu 1 Dalam kasusnya casus, yang bertalian dengan fungsi kata bendanya dalam kalimat; 2 Dalam jumlahnya numerous, yang bertalian dengan jumlah kata benda tunggal atau jamak; dan 3 Dalam jenis katanya genus, yang bertalian dengan jenis kata benda yang jantan, betina, atau neutrum. Adjektiva selanjtnya dapat mengambil bentuk-bentuk khusus bila ditempatkan dalam tingkat-tingkat perbandingan gradus comparationis, untuk membandingkan satu keadaan atau sifat pada suatu benda dengan benda yang lain. Taraf-taraf perbandingan adalah 1 Tingkat biasa atau gradus positives; 2 Tingkat lebih atau grodus comparatives; dan 3 Tingkat paling atau gradus superlatives. Selain ketiga tingkat perbandingan itu, masih ada satu tingkatan yang bersifat absolute, yaitu keadaan yang sangat tinggi derajatnya, tanpa membandingkannya dengan tingkatan lain. Derajatnya semacam ini disebut elatif. Bagaimana juga, kedudukan kelas kata sifat jelas dalam bahasa-bahasa Barat, karena memiliki cirri-ciri structural yang jelas. 2. Ciri-ciri kata sifat Bahasa Indonesia Batasan seperti dikemukakan tata bahasa tradisional tidak dapat digunakan karena tidak semua kata yang menerangkan kata benda adalah kata sifat. Kata ayah dalam rumah ayah bukan kata sifat, walaupun ia menerangkan kata benda. Sebab itu harus dicari cirri kata sifat bahasa Indonesia yang lebih operasinal, yaitu menggunakan cirri bentuk dan kelompok kata. a. Bentuk Morfologis Dari segi bentuk, semua atau hampir semua kata sifat dalam bahasa Indonesia dapat mengambil bentuk se+reduplikasi kata dasar+nya, misalnya tinggi→se+tinggi-tinggi+nya cepat→se+cepat-cepat+nya Dengan menggunakan kaidah diatas, tiap orang dapat menetapkan apakah sebuah kata itu kata sifat atau tidak, misalnya apakah kata-kata teliti, buruk, mahal, dan pahit itu kata sifat atau tidak. Secara morfologis ternyata kata-kata itu dapat dibentuk mempergunakan kaidah di atas, yaitu teliti→se+teliti-teliti+nya buruk→se+buruk+buruk+nya Hanya kata sifatlah yang dapat mengambil bentuk itu. Kelas kata yang lain ternyata tidak dapat dibentuk dengan cara itu. Walaupun demikian, ada sekelompok kata sifat yang tidak dapat diperluas dengan prosedur tersebut, yaitu kata sifat polimorfemis, entah yang diturunkan dari kata kerja menyenangkan, mangagumkan, dan membingunkan, entah dari kata benda kekanak-kanakkan dan kebelanda-belandaan, atau dari kata sifat seperti kemerahan-merahan dan keputihan-putihan. b. Kelompok Kata Segala kata yang sudah dicalonkan sebagai kata sifat dengan prosedur bentuk kata dan yang tidak dapat ditetapkan dengan prosedur itu, ternyata dari segi kelompok kata dapat diterangkan dengan kata lebih, sekali, paling, dan amat, misalnya 1 Kelompok 1 Lebih besar, besar sekali, paling besar, amat besar. Lebih tinggi, tinggi sekali, paling tinggi, amat tinggi. 2 Kelompok 2 Lebih menyusahkan lebih kekanak-kanakan Menyusuhkan sekali kekanak-kananakan sekali Batasan Kata sifat adalah semua kata yang dapat mengambil bentuk se + reduplikasi + nya, serta dari sudut fraseologis dapat diperluas dengan lebih, paling, sekali, amat. 3. Macam-macam Kata Sifat Dari sudut bentuk telah disinggung di atas bahwa ada kata sifat monomorfemis dan kata sifat polimorfemis. Kita juga dapat membagi kata sifat atas kelompok simantik yang dukungnya. Berdasrkan segi semantik, kata sifat dapat dibagi atas a. Deskripsi warna b. Deskripsi ukuran c. Deskripsi suasana hati d. Deskripsi kualitas e. Deskripsi pencerapan 4. Derivasi atau Transposisi Kata sifat dapat mengalami derivasi atau transposisi, yakni mengalami perubahan identitas leksikalnya. Perubahan identitas leksikal ini dapat berupa derivasi internal, derivasi deadjektival, dan adjektivasi. a. Derivasi Internal Derivasi Internal terjadi dalam bentuk perubahan sebuah kata sifat dengan memporelah imbuhan-imbuhan yang mengubah identitas leksikalnya, namun bentuk yang baru itu masih tetap berada dalam kelas kata sifat. Derivasi internal ini biasanya mengambil konfiks ke-an. Misalnya besar→kebesaran tinggi→ketinggian Derivasi internal ini nampaknya menimbulkan homonimi dengan nominalisasi, yaitu pembendaan. Namun, hal ini akan menjadi jelas bila kata-kata itu berada dalam konteks. Ternyata dari sudut bentuk, kata sifat yang mengalami derivasi internal ini tidak dapat mengambil bentuk se+reduplikasi+nya. Juga kata-kata turunan itu tidak dapat diperluas dengan kata-kata amat, lebih,, sekali, dan sangat karena kata turunan itu sudah mengandung makna amat, sangat, dan terlalu. b. Derivasi deadjektival adalah proses perubahan identitas leksikal sebuah kata sifat dengan mendapat afiksasi tertentu tertentu sehingga memindahkan kelas kata sifat itu ke kelas kata yang lain. Derivasi deadjektival dapat menghasilkan verba deadjektival dapat menghasilkan verba deadjektival, nomina deadjektival, dan kata tugas deadjektival. 1. Verba Deadjektival Derivasi deadjektival yang menghasilkan kata kerja dapat dilakukan dengan menambahkan afiks per-, memper-, dan me-kan. Derivasi ini disebut juga sebagai verbalisasi, seperti Tinggi ─ pertinggi ─ mempertinggi ─ meninggikan Rendah ─ perendah ─ memperendah ─ merendahkan Beberapa kata sifat yang mengalami derivasi seperti dikemukakan di atas memperlihatkan sifat mendua, yaitu di satu pihak memang terjadi perubahan identitas leksikal dari kata sifat ke kata sifat ke kata kerja, tetapi dapat juga tetap memperlihatkan bahwa derivasi itu bisa bersifat sebagai kata sifat, seperti halnya dengan kata sifat yang hanya mengalami perubahan derivasi internal. Kata-kata sifat yang dimaksud di sini juga terbatas hanya pada kata-kata yang menyatakan suasana hati, seperti Kata dasar Verba Adjektif Senang menyenangkan menyenangkan Susah menyusahkan menyusahkan Bahwa bentuk turunan itu dapat memiliki identitas kata kerja atau kata sifat, dapat dibuktikan melalui konteks dengan menggunakan cirri fraseologis untuk masing-masing kelas kata, seperti Anak itu selalu menyenangkan hati orang tuanya. verba 2. Nomina Deadjektival Derivasi Deadjektival yang menghasilkan kata benda dapat dilakukann dengan menambahkan imbuhan pe-, ke-an, dan –nya, atau tanpa pengimbuhan, yaitu dengan posisi, atau dengan menggunakan artikel si dan sang di depan kata sifat, misalnya Kata Dasar Nomina Nomina Posisi tinggi ketinggian tingginya tinggi rumah rendah kerendahan rendahnya besar kebesaran besarnya besar badan Kata Dasar Nomina Kata Dasar Nomina Besar pembesar kaya si kaya Tinggi petinggi miskin si miskin Posisi sebagai transposisi sebuah kata sifat ke kata benda tidak selalu berjalan, bukan kerana tidak bisa secara gramatikal, tetapi tidak berterima karena kelaziman. 3. Kata Tugas Deadjektival Pembentukan kata tugas yang diturunkan dari kata sifat jarang atau hampir tidak pernah terjadi. Dalam tata bahasa lama sering dikemukakan bahwa frasa seperti dengan senang dan dengan cepat dimasukkan sebagai adverbia, yaitu sebuah sub kelas dari kata tugas. c. Adjektivisasi Derivasi jenis terakhir adalah derivasi kelas kata lain menjadi kata sifat. Derivasi ini dapat menghasilkan kata-kata sifat yang berupa adjektif, deverbal, adjektif denominal, dan adjektif deadverbial. 1. Adjektiva Deverbal Adjektifa deverbal sebenarnya merupakan kata turunan yang diproses secara tak langsung dari satu kelompok adjektif yang menyatakan suasana hati. Kata-kata sifat itu pertama-tama diderivasikan menjadi kata kerja, baru dari kata kerja diderivasikan lagi menjadi kata sifat. 2. Adjektif Denominal Kata-kata sifat, khususnya yang menyangkut warna dalam bahasa Indonesia asli, hanya terdiri atas beberapa kata saja, yaitu hitam, putih, merah, hijau, biru, dan kuning. Namun, karena keinginan untuk melukiskan warne-warna secara lebih tepat seperti yang dicerap pancaindera, jalan keluar yang ditempuh adalah membentuk kata-kata sifat baru yang diturunkan dari kata benda yang memiliki warna yang khas, seperti coklat, abu-abu, merah jambu, merah hati, merah padam → padma = lotus merah, burik, dan belang-belang. 3. Adjektifal Deadverbial Masalahnya adalah, apakah ada kata sifat yang dapat diturunkan dari adverbial ? pertayaan ini muncul karena adverbial termasuk dalam kelas kata tugas yang sukar mengalami perubahan bentuk. 5. Tingkat Perbandingan Kata-kata sifat secara khusus dapat ditempatkan dalam tingkat perbandingan gradus comparationis untuk membandingkan suatu keadaan dengan keadaan yang lain atau membandingkan suatu benda dengan benda yang lain, atau suatu tindakan dengan tindakan yang lain. Perbandingan itu dapat dilakukan dengan a. Tingkat Biasa Perbandingan dalam tingkat biasa umumnya dinyatakan dengan tiga kelompok frasa berikut 1 Sama + kata sifat+dengan 2 Kata sifat + nya + sama dengan 3 Se + kata sifat b. Tingkat lebih Perbandingan dalam tingkat lebih menyatakan kualitas sebuah objek lebih tinggi dari objek lain yang diperbandingkan. Untuk menyatakan perbandingan tingkat lebih, biasanya digunakan frasa lebih + kata sifat + daripada , atau kurang + kata sifat + daripada. Tingkat lebih dapat divariasikan sehingga dapat diturunkan dua peringkat, yaitu 1 Lebih kurang + kata sifat + daripada 2 Lebih + kurang +kata sifat +lagi daripada c. Tingkat Paling Perbandingan dalam tingkat paling biasanya dinyatakan dengan frasa paling + kata sifat + dari atau ter + kata sifat. Seperti halnya dengan tingkat biasa yang menggunakan se-, tingkat paling yang menggunakan ter- tidak dipakai pada kata sifat yang berafiks. d. Tingkat Elatif Tingkat elatif adalah suatu tingkat yang sangat tinggi derajatnya, tanpa dibandingkan dengan objek yang lain. 6. Numarelia Sebagai subkelas Adjektiva Kata bilangan numerilia menurut batasan tradisinal adalat kata-kata yang menyatakan jumlah atau satuan kumpulan benda, atau urutan tempat dari nama-nama benda. Batasan tradisional ini menunjukkan bahwa secara fungsional kata bilangan dan kata sifat memiliki kesamaan Karena sama-sama menjelaskan kata benda. 7. Macam-macam Kata Bilangan Ada dua macam sistem kata bilangan dalam pelbagai bahasa didunia, yaitu sistem decimal dan sistem kuinal. Menurut sifatnya kata bilangan dapat dibagi atas a. Kata bilangan utama Kata bilangan utama adalah kata bilangan yang member keterangan mengenai jumlah barang atau hal. Kata-kata ini merupakan dasar bagi pembentukan kata bilangan tingkat dan kata bilangan kumpulan. b. Kata bilangan tingkat Kata bilangan tingkat numeralia ordinalia adalah kata bilangan yang menjelaskan dalam ururtan ke berapa sebuah benda berada. Kata bilangan tingkat dibentuk dengan menggunakan kata bilangan utama yang diberi prefiks ke-, kecuali untuk urutan satu digunakan juga kata pertama yang diserap dari bahasa Sangsekerta. c. Kata Bilangan Kumpulan Kata bilangan kumpulan adalah kata bilangan yang menjelaskan berapa satuan himpunan barang atau hal, yakni berapa banyak barang yang terdapat dalam satu himpunan. Ada dua bentuk kata bilangan himpunan dalam bahasa Indonesia, yaitu 1 Yang dibentuk dengan menambahkan prefiks ke- pada kata bilangan utama seperti halnya kata bilangan tingkat kedua, ketiga, keempat, kelima, dan keenam ; dan 2 Yang dibentuk dengan menmbahkan prefiks ber-pada kata bilangan utama berdua, bertiga, berempat, berlima, dan berenam. d. Kata Bilangan Tak Tentu Kata bilangan tak tentu adalah kata bilangan yang menjelaskan jumlah barang atau hal yang tidak diketahui jumlahnya secara pasti. 8. Ciri-ciri Kata Bilangan Walaupun tidak memiliki cirri-ciri yang jelas seperti kata sifat, dapat dicatat beberapa cirri kata bilangan sebagai berikut. a. Bentuk Morfologis Dari segi bentuk, kata bilangan utama tidak mengalami perubahan bentuk, kata bilangan tingkat dibentuk dari kata bilangan utama dengan pengimbuhan prefiks ke-, sementara kata bilangan kumpulan dapat dibentuk dengan dua macam pengimbuhan, yaitu dengan prefiksasi ke-, atau ber- . pengimbuhan dengan ke-, dapat digunakan pada semua benda atau nama, sedangkan ber-, hanya dipakai pada manusia. b. Kelompok Kata 1. Kata Bilangan Utama 2. Kata Bilangan Tingkat 3. Kata Bilangan Kumpulan 9. Kata Bilangan Serapan a. Bilangan paling tinggi yang dikenal orang-orang Nusantara dahulu hanya sampai ribuan. Oleh Karena kontak dengan negari-negeri lain, terutama india, mereka menerima bilangan yang lebih tinggi dari ribuan, yaitu kata laksa, keti, dan juta. b. Bilangan yang lebih besar dari satu juta dipinjam dari istilah-istilah barat. namun, perlu diperhatikan bahwa ada dua sistem yang biasa digunakan, yaitu sistem Perancis dan Amerika, yang diikuti Indonesia dan sistem Inggris dan Jerman. c. Kata bilangan biasanya ditulis dengan angka Arab, dan dalam hal-hal tertentu dipergunakan juga angkat Romawi. 10. Kata Bantu Bilangan Seperti telah dikemukakan sebelumnya, kata-kata bilangan utama, tingkat, dan kumpulan secara fraseologis dapat diperluas atau diperjelas dengan kata-kata bantu bilangan, yang menjelaskan atau membatasi jenis barang dalam jumlah tadi. Kata-kata semacam ini disebut kata bantu bilangan, kata bantu bilangan lebih banyak berfungsi sebagai klasifikator, yakni melakukan pengelompokan atas nomina yang dijelaskannya. KATA TUGAS 1. PENGERTIAN KATA TUGAS Dalam tata bahasa tradisional tidak diberikan pengertian mengenai kata tugas karena kelas kata ini dipecah menjadi beberapa kelas kata, yaitu preposisi, adverbial, dan konjungsi. Dalam kata sifat telah diuraikan dasar-dasar kelas kata yang didasarkan pada kelas kata yang didasarkan pada fungsi, semantic dan bentuk. Dari sudut fungsi dan bentuk, kata-kata dibagi atas dua kelas besar, yaitu a. kata-kata yang menduduki fungsi inti kalimat dan sekaligus mengandung konsep-konsep dasar nomina, verba, dan adjektiva b. kata-kata yang hanya menduduki fungsi peripheral dan hanya mengandung konsep relasional kata tugas preposisi, adverbial, dan konjungsi. Jadi, dengan memperhatikan uraian mengenai kelas kata seperti dikemukakan di atas dan uraian mengenai kata benda, kata kerja, dan kata sifat, kita dapat membatasi kata tugas dari dua sudut. 1 kata tugas adalah kelas kata yang hanya menduduki fungsi peripheral kalimat, dank arena itu hanya berfungsi menghubungkan fungsi-fungsi utama sebuah kalimat, serta dari sudut semantic hanya mengandung konseo-konsep relasional. 2 secara negatif dapat dikatakan bahwa semua kata lain yang tidak termasuk dalam ketiga kelas di atas adalah kata tugas. Walaupun demikian, batasan di atas hanya menggunakan fungsi dan semantic, belum menyinggung batasan dilihat dari sudut bentuk, yaitu criteria morfologis dan fraseologis. karena itu, sesuai dengan prosedur untuk ketiga kelas kata yang lain, di bawah ini akan diuraikan penetapan dengan prosedur bentuk kata. 2. CIRI-CIRI KATA TUGAS a. Bentuk Morfologis Dari sudut morfologis, tidak dapat ditentukan kata-kata mana yang dapat dikelompokkan dalam kata tugas. Pada umumnya, kata-kata tugas sukar sekali mengalami perubahan bentuk. Kata-kata seperti telah, dan, dari, pada, ke, dan tetapi tidak bisa mengalami pengimbuhan. Ada juga beberapa kata tugas yang tampaknya memiliki imbuhan, tetapi kata tugas semacam itu adalah proses derivasi dari kelas kata lain menjadi kata tugas. Sekali ia menjadi kata tugas, ia tidak dapat mengalami perubahan lagi. Misalnya kata selayaknya, kiranya, sesungguhnya, rupanya, agaknya; atau kata biarpun, meskipun, walaupun, sesudah terbentuk menjadi kata tugas dengan imbuhan –nya dan partikel pun, ia tidak dapat mengalami perubahan lagi. b. Kelompok Kata Dari segi kelompok kata, kata-kata tugas tidak dapat diperluas atau diterangkan oleh kata-kata lain. akan tetapi, kata tugas dapat digabungkan gagasan-gagasan lain dalam kalimat, atau untuk mengadakan transformasi kalimat. Sebuah ciri lain yang dapat dipakai sebagai pegangan untuk menentukan kata tugas adalah sebagai berikut. Kata benda, kata sifat, dan kata kerja dpat membentuk kalimat minor kalimat dengan sepatah kata saja, namun kata-kata tugas umumnya tidak demikian. sebagai sebuah tutur yang lengkap, kita dapat mengatakan Babi! Rumah! Adik! Kerja! Pergi! Tidur! Bagus! Cepat! Manis! Akan tetapi, kita tidak dapat berbuat seperti itu dengan kata-kata tugas. Kita tidak bisa membentuk suatu kalimat dengan sepatah kata dengan menggunakan kata tugas, seperti Telah! Dan! Sesudah! Supaya! Tetapi! Sebelum! Walaupun dapat diterima sebuah prinsi umum bahwa kata tugas tidak dapat mengalami perubahan bentuk atau diperluas dengan kata-kata lain atau dpat membentuk kalimat minor, seperti halnya kata-kata penuh, ternyata ada juga beberapa kata tugas yang dapat mengalami derivasi, dan ada juga yang dapat membentuk kalimat minor, misalnya 1 derivasi menyudahkan – menyudahi – disudahi – kesudahan menidakkan – ditidakkan – penidakan 2 kalimat minor Sudah! Tidak! Belum! Bukan! 3. DERIVASI ATAU TRANSPOSISI Seperti sudah dikemukakan di atas, kata-kata tugas tidak dapat ditransposisikan ke kelas kata yang lain, kecuali beberapa kasus seperti dikemukakan di atas, misalnya sudah, ya, dan tidak. Yang sering terjadi adalah transposisi dari kata-kata penuh menjadi kata tugas, seperti melewati, mengenai, akhirnya, terlalu, dan rupanya. Transposisi itu sering tidak diketahui lagi bahwa kata itu sebenarnya kata penuh, misalnya dengan teman, oleh hasil, pada tempat. Dengan memperhatikan criteria morfologis dan fraseologis seperti dikemukakan di atas, kata-kata tugas dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu a kata-kata tugas yang yang monovalen = bernilai satu, yaitu semata-mata bertugas untuk memperluas kalimat, misalnya dan, tetapi, sesudah, di, ke, dan dari. Ini merupakan kelompok terbesar b kata-kata tugas yang ambivalen = bernilai ganda, yaitu disamping berfungsi sebagai kata tugas yang monovalen, dat juga bertindak sebagai kata penuh, baik dalam membentuk sebuah kalimat minor maupun dalam membentuk kata-kata turunan. 4. MACAM-MACAM KATA TUGAS Karena criteria utama kata tugas adalah fungsinya yang menghubungkan kata-kata penuh dalam sebuah kalimat, pembagian kata tugas juga didasarkan pada jenis fungsinya untuk merangkaikan macam-macam kata penuh tersebut. Berdasarkan hal tersebut, kata-kata tugas dapat dibagi atas preposisi kata depan, adverbial, dan konjungsi kata sambung. 5. PREPOSISI KATA DEPAN a. Pengertian Preposisi Menurut definisi tradisional, kata depan atau preposisi adalah kata yang bertugas merangkaikan kata atau bagian kalimat. Tempatnya selalu terletak di depan kata. Dalam perbandingan bahasa-bahasa diketahui bahwa ada juga bahasa yang memiliki kata-kata belakang postposisi, yang letaknya bukan di depan sebuah kata, melainkan di belakang sebuah kata. Karena itu, timbullah sebuah istilah generic, yaitu adposisi, untuk menyatukan kedua istilah itu. Jadi, adposisi dapat dibagi atas dua jenis yaitu preposisi dan postposisi. Bahasa Indonesia hanya mengenal preposisi. b. Macam-Macam Preposisi 1. Kelompok di, ke, dari Kata-kata depan yang termasuk dalam kelompok di, ke, dari, antar, hingga, dan lewat berfungsi merangkaikan sebuah kata dengan kata lain yang menyatakan tempat atau sesuatu yang dianggap tempat dan waktu. Kata di dan ke dipakai pada kata-kata nonmanusia, sebaliknya untuk manusia, nama orang, binatang, waktu, atau kiasan digunakan kata pada dan kepada. Kata-kata depan deverbal yang termasuk kelompok ini adalah menuju, melalui, sampai, mendapatkan, menghadap, mulai, mulai dari, dan menjelang. Dalam bahasa Inggris here, there, beside, in, dan between adalah kata depan tetapi padanannya dalam bahasa Indonesia seperti di mana, di sini, di situ, di samping, ke dalam, ke depan, dan di antara, bukan kata depan. konstruksi semacam itu sudah termasuk frasa preposisional yang berfungsi sebagai adverbial lokatif. 2. Kelompok akan, mengenai Beberapa kata kerja intransitive kadang-kadang memerlukan sebuah pelengkap khusus. Untuk itu, diperlukan sebuah kata depan sebagai perangkai yang menghubungkan kata kerja intransitive tadi dengan pelengkapnya. Kata-kata depan semacam itu adalah kelompok akan, mengenai, tentang, terhadap, atas, dan peri. Hubungan antara kata kerja intransitive dan kata depan itu sering bersifat idiomatic, misalnya rindu akan, kasih akan, ingat akan, maklum akan, berbahaya bagi, bercerita tentang, berkeberatan atas, dan berterima kasih atas. Khusus mengenai kata depan akan, di samping berfungsi sebagai perangkai kata kerja intransitive dengan pelengkapnya, kata ini juga berfungsi untuk a. Menyatakan Futur Kata depan akan bila ditempatkan sebelum sebuah predikat kata kerja maka ia berfungsi untuk menyatakan aspek future, seperti terlihat dalam contoh berikut - Saya akan pergi ke Surabaya - Ibu akan tiba hari ini - Tamu negara akan tiba besok siang b. Menyatakan Penekanan Kata depan akan digunakan juga untuk menguatkan atau menekan sesuatu hal. Dalam hal ini kata akan dapat diganti dengan kata depan mengenai. Seperti halnya dengan kata akan, kata atas sering muncul sebagai konstruksi idiomatic dengan kata-kata lain, seperti atas nama, atas kehendak, atas perintah, dan atas desakan. Dalam hal ini, kata atas dapat diganti dengan kata demi atau dengan, seperti demi nama, dengan nama, demi kehendak, dan dengan kehendak. 3. Kelompok dengan, serta Kelompok kata depan dengan mencakup kata-kata depan lain seperti serta, beserta, dan bersama. Kata dengan, serta, beserta, dan bersama merangkaikan suatu kata kerja dengan keterangan komitatif, sedangkan kata dengan sendiri dapat mengemban fungsi keterangan instrumental, keterangan kualitatif, dan komparatif. 4. Kelompok karena, sebab Kata depan yang termasuk dalam kelompok karena dan sebab adalah karena, sebab, oleh, berkat, dan demi, berfungsi merangkaikan sebuah kata kerja dengan sebuah kata benda atau kata kerja yang menyatakan alas an perbuatan tadi. Kata oleh sebenarnya adalah sebuah kata benda, di samping dipakai untuk menyatakan fungsi sebab, dipakai juga untuk menyatakan fungsi-fungsi berikut a Pengantar pelaku pada kalimat pasif - Sebuah kapal tanker telah diserang oleh pesawat musuh - Rumah itu dikerjakan oleh seorang tukang yang ahli b Pengantar pelaku pada frasa nominal - Gema Tanah Air oleh Jassin adalah sebuah antologi sastra Indonesia - Penggusuran penduduk oleh pemerintah DKI Jakarta terlalu membawaa banya korban 5. Kelompok bagi, untuk Kelompok kata depan bagi dan untuk yang terdiri atas bagi, untuk, guna, dan buat mengamban fungsi-fungsi berikut. a Fungsi yang paling umum adalah menyatakan keterangan benefaktif bila ia mendahului sebuah kata benda - Paket untuk adik telah dikirim tadi - Bagi saya, semua hal itu tidak banyak artinya - Tindakan kakakmu sangat bermanfaat buat kita b Fungsi kedua dapat diartikan dengan digunakan’ atau dipakai untuk’ - Kaca yang dibeli ayah untuk jendela rumah - Tak ada yang disediakan khusus untuk kedatangan ayah c Bila kata-kata depan tersebut mengikuti sebuah kata kerja, kata-kata itu berfungsi untuk menyatakan maksud atau tujuan - Ia bertindak seperti itu untuk membela nama baik keluarganya - Pemerintah telah menetapkan harga pagu karet alam buat melindungi petani karet 6. ADVERBIA a. Pengertian Adverbia Adverbia atau kata keterangan adalah kata yang berfungsi untuk membatasi kata kerja, kata keadaan, atau adverbial yang lain. Kebanyakan adverbia terdiri atas kata-kata dasar, tetapi ada juga yang berupa kata turunan, seperti kata ulang, kata berimbuhan –nya, kata berprefiks se-, kata berkonfiks se-nya, dan kata dengan partikel pun. b. Macam-Macam Adverbia a Adverbia Temporal Waktu Adverbia temporal adalah kata-kata yang menjelaskan bilamana suatu perbuatan atau peristiwa terjadi. b Adverbia Modalitas Kecaraan Adverbia kecaraan adverbial modalitas menjelaskan cara mana suatu pernuatan terjadi menurut penafsiran subjektif. Adverbia kecaraan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan keterangan modalitas dalam kalimat. Semua adverbial kecaraan tentu saja akan menjadi keterangan modalitas dalam kalimat, tetapi keterangan modalitas fungsi kalimat dapat diduduki oleh frasa adverbial modalitas. c Adverbia Penekanan Adverbia penekanan secara umum berfungsi menekan kata yang dibatasinya. Misalnya pula, juga, hanya, kah, lah, tah, dan pun. Bentuk-bentuk kah, tah, lah, dan pun oleh hamper semua tata bahasa Indonesia dimasukkan dalam kategori akhiran. Kekeliruan itu terjadi karena pengaruh masalah ejaan. Oleh Ejaan Suwandi, kata-kata itu dirangkaikan saja dengan kata sebelumnya. Keempat bentuk tersebut sebenarnya adalah partikel penentu atau partikel pengeras. Yang dimaksud dengan partikel adalah semacam kata tugas yang memiliki kata khusus, yaitu sangat ringkas atau kecil, yang mengemban fungsi-fungsi tertentu. a. Partikel kah Fungsi dan makna partikel kah adalah 1 Memberi tekanan pada kata yang dirangkaikan dengan kah dalam kalimat Tanya. - Sawah atau ladangkah yang digarapnya? - Bermalas-malas atau berjalankah dia? - Siapakah namamu? 2 Menyatakan hal yang tak tentu; sebenarnya hal itu merupakan pertanyaan juga, hanya pertanyaan tak langsung - Datangkah atau tidak, kami tidak tahu - Terserahlah padamu. Tinggalkah atau berangkat kami tidak ingin mempengaruhi Saudara. b. Partikel tah Fungsi partikel tah sama dengan kah, tetapi lebih terbatas pemakaiannya hanya pada kata Tanya saja apatah, manatah, siapatah. Bentuk-bentuk ini lebih sering dijumpai dalam Melayu Lama. Dewasa ini bentuk itu jarang dipakai. Makna gramatikal partikel tah adalah meragukan sesuatu atau menyatakan sesuatu yang tak tentu. c. Partikel lah Fungsi dan makna partikel lah adalah sebagai berikut. 1 Mengeraskan gatra perbuatan baik dalam kalimat berita, kalimat perintah, maupun dalam permintaan atau harapan. Misalnya - Bacalah dengan nyaring! - Datanglah ke sini pukul lima - Pergilah dia dengan hati yang penuh amarah - Mudah-mudahan terhindarlah mereka dari bencana itu 2 Mengeraskan suatu gatra keterangan, misalnya - Tiadalah aku mau diperlakukan seperti itu - Apa pun yang akan terjadi, pastilah aku akan datang ke sana 3 Menekan gatra pangkal; dalam hal ini biasanya ditambah dengan partikel yang Misalnya - Kamulah yang harus mengerjakan tugas itu - Engkaulah yang bertanggung jawab atas kejadian itu 4 Partikel pun Fungsi dan makna partikel pun adalah sebagai berikut. a. Mengeraskan atau memberi tekanan pada kata yang bersangkutan dalam hal ini dapat diartikan dengan juga, misalnya - Dia pun mengetahui persoalan itu - Kapal-kapal yanag besar pun dapat berlayar di sungai itu b. Dalam mengeraskan sesuatu, dapat juga terkandung makna perlawanan, misalnya - Mengorbankan nyawa sekalipun aku rela - Betapapun ia berjuang mempertahankan hidupnya sia-sia belaka c. Gabungan antara pun + lah dapat mengandung aspek inkoatif, misalnya - Mereka pun berjalanlah - Hujan pun turunlah dengan lebatnya - Ia pun duduklah di bawah pohon yang rindang itu d Adverbia Derajat atau Sifat Adverbia derajat atau sifat menjelaskan kualitas dari suatu perbuatan atau keadaan, misalnya amat, begini, begitu, demikian, hamper, hanya, istimewa, kurang, lagi, lebih, makin, makin-makin, melainkan, saja, sangat, sekali, terlalu, terlampau, cukup. e Adverbia Keadaan Adverbia keadaan menunjukkan keadaan atau situasi dari suatu perbuatan atau hal, misalnya bersama-sama, pura-pura, percuma, seolah-olah, seakan-akan, seperti, sia-sia, cuma-Cuma 7. KONYUNGSI 1. Pengertian Konyungsi konyungsi atau kata sambung adalah kata-kata yang menghubungkan kata-kata, bagian-bagian kalimat dalam sebuah wacana. termasuk dalam konyungsi ini adalah kata-kata yang berfungsi menghantar sebuah bentuk wacana, atau kalimat, seperti sering terdapat dalam cerita-cerita lama. kata-kata pengantar semacam itu adalah alkisah arkian bermula harta kalakian maka syahdan sebermula dewasa ini kata-kata tersebut di atas tidak digunakan lagi. seperti halnya dengan adverbial, kita harus berhati-hati menetapkan kelas kata ini karena ada konyungsi yang berkedudukan sebagai kata, dan ada konyungsi yang berkedudukan sebagai frasa. yang dibicarakan dalam kelas kata adalah kata sambung atau konyungsi sebagai. 2. Macam-macam konyungsi a. Konyungsi Aditif atau Adjungtif Konyungsi aditif atau adjungtif adalah konyungsi koordianatif yang berfungsi menggabungkan dua kata, frasa, klausa, atau kalimat, dalam kedudukan yang sederajat, misalnya dan, lagi, lagipula, dan serta. b. Konyungsi Disjungtif Merupakan konyungsi koordinatif yang menghubungkan dua unsur yang sederajat dengan memilih salah satu dari dua hal atau lebih, misalnya atau, atau … atau, atau … maupun, baik … baik, dan entah … entah. c. Konyungsi Temporal Waktu Menjelaskan hubungan waktu antara dua hal atau peristiwa. Kata-kata konyungsi temporal berikut menjelaskan hubungan yang tidak sederajat, misalnya apabila, bila, bilamana, demi, hingga, ketika, sambil, sebelum, sampai, sedari, sejak, selam, semnjak, sementara, seraya, waktu, setelah, sesudah, dan tatkala. d. Konyungsi Pertentangan Merupakan konyungsi koordianatif yang menghubungkan dua bagian kalimat yang sederajat, dengan mempertentangkan kedua bagian tersebut. Biasanya bagian yang kedua menduduki posisi yang lebih penting dari yang pertama, misalnya tetapi, melainkan, sebaliknya, dan namun. e. Konyungsi Pembenaran Konsesif Merupakan suatu konyungsi subordinatif yang menghubungkan dua hal dengan cara membenarkan atau mangakui suatu hal, sementara menolak hal yang lain yang ditandai oleh konyungsi tadi. Pembenaran dinyatakan dalam klausa utama induk kalimat, sementara penolakan dinyatakan dalam anak kalimat yang didahului oleh konyungsi seperti meskipun, walaupun, biar, biarpun, sungguhpun, kendatipun, dan sekalipun. f. Konyungsi Pembatasan Menjelaskan dalam batas-batas mana suatu haal atau perbuatan dapat dikerjakan. Konyungsi yang biasa digunakan untuk menyatakan hubungan ini adalah kecuali, selain, asal, dan asalkan. Sebab Kausal Menjelaskan bahwa suatu peristiwa terjadi karena suatu sebab tertentu. Bila anak kalimat ditandai oleh konyungsi sebab, induk kalimat merupakan akibatnya. Kata-kata yang dipakai untuk menyatakan hubungan sebab adalah sebab dan karena. h. Konyungsi Akibat Konsekutif Menjelaskan bahwa suatu peristiwa terjadi akibat suatu hal yang lain. Dalam hal ini anak kalimat ditandai okonyungsi yang menyatakan akibat, sedangkan peristiwanya dinyatakan dalam induk kalimat. Kata-kata yang dipakai untuk menandai konyungsi akibat adalah sehingga, sampai, dan akibatnya. i. Konyungsi Perbandingan Berfungsi menghubungkan dua hal dengan cara membandingkan kedua hal itu. Konyungsi yang biasa dipakai untuk menyatakan hal ini adalah sebagai, sebagaimana, seperti, bagai, bagaikan, dan seakan-akan. Tujuan Final Merupakan semacam konyungsi modalitas menjelaskan maksud atau tujuan suatu peristiwa atau tindakan. Kata-kata yang biasa dipakai untuk menyatakan hubungan ini adalah supaya, guna, dan agar. k. Konyungsi Syarat Kondisional Menjelaskan bahwa suatu hal dapat terjadi bila syarat-syarat yang disebutkan itu dipenuhi. Kata-kata yang menyatakan hubungan ini adalah jika, jikalau, dan kalau. l. Konyungsi Korelatif Menghubungkan dua bagian kalimat yang mempunyai hubungan sedemikian rupa sehingga yang satu langsung mempengaruhi yang lain, atau yang satu melengkapi yang lain. Atau, dapat juga dikatakan bahwa kedua bagian kalimat itu mempunyai hubungan timbale-balik. Kata-kata yang dipakai untuk menyatakan korelasi ini adalah semakin … semakin, kian … kian, bertambah … bartambah, dan demikian … sehingga. m. Konyungsi Penegas atau Intensifikasi Konyungsi ini berfungsi untuk menegaskan atau meringkaskan suatu bagian kalimat yang telah disebut sebelumnya. Konyungsi yang biasa digunakan untuk menyatakan hubungan ini adalah yakni, yaitu, umpama, misalnya, ringkasnya, dan akhirnya. n. Konyungsi Penjelas atau Penetap Berfungsi menghubungkan bagian kalimat terdahulu dengan perinciannya. Contoh konyungsinya ini adalah bahwa. o. Konyungsi Situasi Menjelaskan bahwa suatu perbuatan terjadi atau berlangssung dalam suatu keadaan atau situasi tertentu. Kata-kata yang dipakai untuk menyatakan hubungan ini adalah sedang, sedangkan, padahal, dan sambil. p. Konyungsi Pengantar Kalimat Berfungsi untuk memulai sebuah kalimat, atau merangkaikan kalimat pertama denagn kalimat-kalimat dari alinea sebelumnya. Kata konyungsi untuk menyatakan hal ini adalah maka, adapun, akan, bahwasanya, sebermula, syahdan, hatta, arkian, dan kalakian. Gorys Keraf,Dr. 1982. Tata Bahasa Indonesia. Ende-Flores Nusa Indah.
92% found this document useful 12 votes9K views47 pagesCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?92% found this document useful 12 votes9K views47 pagesJenis Majas Gorys KerafJump to Page You are on page 1of 47 You're Reading a Free Preview Pages 8 to 14 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Pages 19 to 43 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
Pengertian Kata, Fungsi dan Klasifikasi Jenis Kata Dalam Bahasa Indonesia Terlengkap – Secara bahasa, “Kata” berasal dari bahasa sanskerta yakni “Katha” yang berarti konversasi, bahasa, cerita, atau dongeng. Kata merupakan unit bahasa yang mengandung arti dan terdiri dari satu atau lebih morfem. Selain itu, Kata juga dapat didefinisikan sebagai elemen terkecil dalam bahasa yang bisa diucapkan atau dituliskan dan merupakan suatu realisasi dari kesatuan perasaan atau pikiran yang digunakan dalam berbahasa. Gabungan atau kumpulan kata akan membentuk frasa, klausa, dan kalimat. Kata berfungsi sebagai penyusun kalimat. Setiap kata memiliki makna yang berbeda, makna kata bisa berubah sesuai dengan penggunaannya dalam kalimat. Membuat kalimat yang efektif diperlukan beberapa jenis kata sebagai penyusunnya. Macam-Macam Jenis Kata Berdasarkan tata bahasa baku bahasa indonesia, kata diklasifikasikan menjadi 7 jenis yaitu Kata Kerja Verba Kata kerja atau verba adalah jenis kata yang berfungsi menyatakan suatu tindakan, pengalaman, keberadaan atau segala bentuk kegiatan dinamis lainnya. Dalam kalimat, kata kerja berposisi sebagai predikat. Contoh kata kerja adalah makan, minum, lari dan lain sebagainya. Ciri-ciri kata kerja, diantaranya Memiliki makna perbuatan, kegiatan atau tindakan. Memiliki makna proses. Sering diikuti kata benda. Sering diikuti kata sifat atau keterangan. Sering dibentuk dengan imbuhan me-,di-ber-,ter-, me-kan, di-kan, ber-an, memper-an, dan memper-i. Kata bisa didahului kata pernyataan waktu, seperti telah, sedang, akan, hampir, segera. Dapat diperluas dengan cara menambahkan “dengan + kata sifat setelahnya, contohnya seperti Dila berlari dengan cepat dan lain sebagainya. Kata Benda Nomina Kata Benda atau Nomina adalah kata yang merujuk pada segala hal yang bisa dibendakan. Kata benda sering digunakan untuk menyebutkan makhluk hidup, benda mati maupun tempat. Contoh kata benda diantaranya manusia, ilmu, makanan dan lain sebagainya. Ciri-ciri kata benda diantaranya Dapat diperluas dengan menambahkan “yang + kata sifat”, contohnya seperti mobil yang bagus” Dibatalkan dengan kata bukan. Contohnya seperti bukan meja. Dalam kalimat bisa berkedudukan sebagai Subjek S dan Objek O. Contohnya seperti Andra membeli sepeda baru, dalam kalimat tersebut kata Andra dan Sepeda merupakan kata benda. Kata Sifat Adjektiva Kata Sifat atau Adjektiva adalah kata yang digunakan untuk menyatakan sifat atau keadaan suatu hal, baik makhluk hidup, benda mata, tempat, waktu, maupun yang lainnya. Dalam penggunannya dalam kalimat, kata sifat sering digunakan untuk menjelaskan keadaan subjek S atau Objek O kalimat tersebut. Ciri-ciri kata sifat diantaranya Dapat diingkari atau dibatalkan sifatnya dengan kata “tidak” atau “bukan”. Contohnya Tidak baik, Tidak pandai dan lain sebagainya. Dapat diberikan keterangan penguat, kata penguat yang sering digunakan diantaranya seperti sangat, amat, paling, sekali, benar. Contohnya sangat luas, amat banyak dan lain sebagainya. Dapat diberikan keterangan pembanding. Kata pembanding yang sering digunakan diantara seperti lebih, kurang, paling. Contohnya Tas ini lebih mahal dari yang itu. Jika dibandingkan dengan yang itu, rasanya sepeda ini kurang bagus. Kata Keterangan Adverbia Kata keterangan atau Adverbia adalah kata yang memberikan penjelasan keterangan tentang kata lain Kata Bilangan, Kata Kerja dan Kata Sifat dalam sebuah kalimat. Namun kata keterangan tidak bisa menerangkan kata benda atau kata ganti benda. Secara bahasa, Adverbia berasal dari Bahasa Latin, yaitu “ad” yang berarti untuk dan “verbum” yanga berarti kata. Dalam struktur kalimat, kata keterangan biasanya dilambangkan dengan K yang berarti keterangan. Ciri-ciri kata keterangan diantaranya yaitu Memberikan penjelasan tentang kata lain. Tidak bisa digunakan untuk menjelaskan kata benda atau kata ganti benda. Biasanya terletak di bagian awal atau akhir kalimat. Bisa digunakan pada semua jenis kalimat. Kata Ganti Promina Kata ganti atau Pronomina adalah jenis kata yang digunakan untuk menggantikan posisi kata benda atau orang dalam kalimat. Fungsi kata ganti pronomina yaitu untuk memperhalus kalimat yang diucapkan atau ditulis. Contoh kata ganti diantaranya seperti aku, kami, kita, mereka, dan lain sebagainya. Ciri-ciri kata ganti, diantaranya yaitu Biasanya dalam sebuah kalimat, kata ganti menduduki posisi Subjek S dan Objek O. Hanya pada kalimat tertentu pronomina digunakan sebagai predikat. Jenis kata ganti yang digunakan berubah-ubah sesuai dengan kata yang ingin digunakan dan penggunaannya dalam kalimat. Kata Bilangan Numeralia Kata bilangan atau Numeralia adalah jenis kata yang berfungsi untuk menyatakan jumlah benda atau urutannya dalan suatu deretan. terdapat 2 jeniskata bilangan yaitu Kata Bilangan Tentu Takrif Yaitu kata bilangan yang digunakan jika sudah jelas berapa nominal yang dimaksudkan , contohnya seperti satu, ketujuh, setengah dan lain sebagainya. Kata Bilangan Tak Tentu Contohnya seperti Beberapa, seluruh, banyak dan lain sebagainya. Kata Tugas Kata tugas adalah salah satu jenis kata dalam bahasa indonesia yang hanya memiliki makna gramatikal atau bisa berubah sesuai konteksnya dan tidak memiliki makna leksikal atau makna tetap. terdapat beberapa kelompok kata tugas diantaranya yaitu Kata Depan Preposisi Kata Depan adalah kata yang merangkaikan kata-kata atau bagian kalimat yang diikuti oleh nominal atau pronominal. Kata depan merupakan kata yang menghubungkan kata benda dengan bagian kalimat. Umumnya, kata depan digunakan untuk mengantar objek penyerta kalimat dan tidak boleh mengantarkan subjek kalimat. Contoh kata depan diantaranya yaitu kepada, dalam, akan, dengan dan lain sebagainya. Kata Penghubung Konjungsi Kata penghubung/Kata Hubung/Kata Sambung adalah kata yang berfungsi sebagai penghubung antara satu kata dengan kata lainnya dalam sebuah kalimat, atau satu kalimat dengan kalimat lainnya dalam sebuah paragraf. Contoh kata penghubung diantaranya seperti dan, serta, atau, padahal dan lain sebagainya. Kata Sandang artikula Kata Sandang atau artikula adalah kata yang tidak memiliki makna yang digunakan untuk menjelaskan kata benda nomina atau kata tertentu. Kata sandang bisa digunakan untuk mendampingi kata benda dasar ataupun kata benda turunan atau kata tertentu lainnya. Biasanya kata sandang terletak sebelum kata benda yang dijelaskannya. Contoh kata sandang diantaranya Yang, sang, kaum, para, si dan lain sebagainya. Kata Seru Injeksi Kata seru adalah jenis kata dalam bahasa indonesia yang digunakan untuk mengungkapkan isi perasaan penulis atau pembicara. Kata seru digunakan untuk menegaskan perasaan tersebut. Contoh kata seru diantaranya seperti aduhai, amboi, ah, sial dan lain sebagainya. Partikel Penegas Partikel penegas adalah jenis kata yang tidak memiliki arti jika berdiri sendiri dan berfungsi untuk menampilkan unsur yang diiringan, terdapat 4 partikel penegas, diantaranya -kah, -lah, -tas, dan -pun. Demikian artikel tentang “Pengertian Kata, Fungsi dan Klasifikasi Jenis Kata Dalam Bahasa Indonesia Terlengkap” semoga bermanfaat. Baca Artikel Lainnya Pengertian Kata Sandang, Ciri-Ciri, Jenis dan Contoh Kata Sandang Artikula Terlengkap Pengertian Kata Tugas, Ciri-Ciri, Jenis dan Contoh Kata Tugas Terlengkap Pengertian Konjungsi, Macam Macam dan Contoh Konjungsi Lengkap Pengertian Kata Kerja Verba, Ciri-Ciri, Jenis dan Contoh Kata Kerja Terlengkap Pengertian Tata Bahasa, Ciri, Sifat, Sistem Gramatikal, Macam dan Bidang Tata Bahasa Terlengkap
jenis jenis kata menurut gorys keraf